Catur Wedha


Suatu hari saya dapat pesan singkat dari mba Amesh (www.dreamesh.com), katanya, seseorang akan menghubungi saya untuk menanyakan mengenai pengerjaan design.

Lalu, tak lama, seseorang menghubungi saya dan meminta saya untuk meramu sebuah karya seni grafis untuk Catur Wedha yang akan digunakan untuk acara Midodareni.

Demi pengalaman dan kembali ke sebuah cita rasa dalam merancang, saya ambil pekerjaan yang ditawarkan.

Putri, saat itu masih calon pengantin wanita, mengatakan Ia suka dengan design Catur Wedha yang saya buat untuk acara Midodareni saya. Dulu saya menggunakan bingkai batik yang dibuatkan mba Amesh untuk Catur Wedha saya.

Dalam adat Jawa, Catur Wedha adalah sebuah surat yang dituliskan oleh Ayah calon pengantin wanita untuk diberikan pada calon pengantin pria dimalam Midodareni. Sebuah surat berisi pesan, nasihat atau amanat yang diberikan oleh seorang Ayah kepada pria yang akan menikahi puterinya.

Pada umumnya, berikut isi sebuah Catur Wedha.

"Kepada Ananda ABDUL HAKIM yang tercinta.
Ananda, besok pagi Insya Allah akan menjalani upacara pernikahan. Maka dari itu, malam ini dengarkanlah Catur Sabda/Catur Wedha, yaitu empat nasehat utama peninggalan nenek moyang kita yang perlu Ananda renungkan ketika mengarungi samudra pernikahan.

PERTAMA. Sesungguhnya seorang pria yang sudah memperistri seorang wanita pilihan hatinya, sudah berubah statusnya bukan lagi seorang yang sendirian. Anandapun nanti sudah menjadi satu unit dengan istri Ananda. Ananda bukan lagi seorang perjaka yang hidup seorang diri. Demikian pula istri Ananda. Ananda dan istri Ananda adalah bertubuh dua namun berjiwa satu. Itulah sebabnya disebut GARWA, artinya “sigaring nyawa” yaitu belahan jiwa. Karena itu untuk selanjutnya sampai maut menjemputmu nanti, Ananda harus selalu merasa satu dengan istri Ananda. Satu dalam bersikap, berpikir dan bertindak.

KEDUA. Sejak Ananda beristri besok, hendaknya Ananda selalu menaruh hormat yang tulus dan ikhlas kepada ayah-ibu Ananda dan juga kepada ayah-ibu mertua Ananda. Karena sesudah Ananda bersatu jiwa dengan istri Ananda, maka ayah dan ibu mertua Ananda juga menjadi seperti ayah dan ibu kandung Ananda sendiri.

KETIGA. Sejak pernikahan Ananda besok pagi, Ananda berdua sudah berdiri tegak sebagai umat manusia yang bertanggung jawab salam mengatur hidup, sikap dan tingkah laku. Ananda harus mampu membentuk temen-temen sendiri, masuk “ajur-ajer pasrawungan” artinya luwes dalam pergaulan sehingga Ananda diharga sebagai warga masyarakat yang dihormati, disayangi dan direstui oleh segenap teman, sahabat dan kenalan dari bawah sampai atas.

KEEMPAT. Yang terakhir, hendaknya Ananda berdua sebagai umat mulia di dunia, makin bertakwa kepada Allah SWT, mematuhi seluruh perintah Allah dan mengikuti segala petunjuk yang benar. Dan pada sisi lain Ananda senantiasa menjauhi segala larangan Allah Yang Maha Kuasa, agar hidup Ananda senantiasa tenteram lahir dan batin, didekatkan pada keselamatan dan rezeki serta dijauhkan dari malapetaka dan kesusahan hidup."

Jakarta, 10 Februari 2012
Ayahanda Tercinta,

H. Suryantono

Design by Me
Frame by www.dreamesh.com

Comments

Popular Posts