Sunday Cycling Colonies

Hari minggu yang cerah...
Untuk pertama kalinya, aku menemukan kenikmatan hari mingguku bersama si roo.
Bangun pagi jam 5.30 dan langsung siap-siap bersepeda.
Ternyata banyak sekali teman-teman sepeda yang kutemui di jalan...dan itupun baru perjalanan ke bintaro jaya saja...belum yang tempat-tempat tujuan yang lebih jauh lagi...
bagaikan berbagai macam mahluk keluar dari koloninya dan bergabung di dunia antah berantah ini.

Berangkat dari rumah pukul 6.10.
Jenis sepeda pertama yang saya lihat adalah sepeda pasar, seorang bapak-bapak tua yang baru saja keluar dari pasar, dan kebetulan menyusuri satu arah yang sama denganku dan uniknya, si bapak tua ini ditemani setia oleh kura-kuranya yang duduk di boncengan gerobak dibelakangnya dan si kura-kura ini tidak malu menampangkan mukanya. Sepertinya cukup tua juga si kura-kura itu dan seakan dia menikmati udara segar dari bersepeda.

Sepeda kedua yang kutemui, si anak kecil pengantar koran. Dengan segala semangatnya, dia bersepeda cukup kencang, walaupun sepeda yang ia punya sudah sedikit mulai kekecilan untuk besar badannya, tetapi aku yakin dia anak laki-laki yang tak kenal lelah. Tas selempang dan topi menjadi atribut khas yang saya kenali.

Tak lama kemudian, sewaktu sudah mencapai 5km, saya berhenti sejenak untuk melepas dahaga.
Tiba-tiba angin berhembus cepat dan ternyata saya disalip oleh anak muda dengan kemeja flannel dan sepatu keds tebal yang sedang menggowes sepeda bmx. Tak lupa earphone dan topinya yang ia kenakan.
Setelah puas minum, saya langsung kembali jalan dan sayapun lambat laun berada di belakang sepeda bmx tadi.
Sambil lalu berhasil melewatinya, kami sesama pemakai “headphone’ers” saling melontarkan senyum.

Sekian genjotan kemudian, di seberang jalan, melawan arah yang berbeda, saya melihat koloni sepeda ‘ontel'. Sang pemimpin yang berkendara paling depan memakai baju ‘desa’ yang mengingatkanku pada gambar-gambar masa penjajahan jaman belanda; memakai baju oblong, celana sate, dan topi bundar.
Saya dan mereka pun saling melemparkan senyum dan memberikan tanda bel ”krrringg". Koloni mereka sekitar 7-8 orang.

Hampir memasuki 8km, Saya mencapai bunderan bintaro jaya sektor 8.
Berbagai macam orang sedang berolahraga. Tentunya, tanpa yang menggunakan sepeda lebih banyak lagi. Bunderan tersebut bagaikan sebuah area pertemuan koloni, sebuah pertemuan jalan dari 5 area yang berbeda.

Kembali si sepeda bmx menyusul saya dengan kencang, ternyata ia ditarik oleh temannya yang menggunakan motor. Dan tanpa basa-basi berhenti, sepeda bmx tersebut langsung beraksi dengan melompat dan berputar-putar.

Dalam bunderan itu, saya melihat salah satu koloni termuda.
Bocah cilik, mungkin masih balita yang bersepeda dan diberikan dorongan extra oleh ibunya. Pegangan yang menempel di belakang sepeda kecil itu menjadi bagian dari kekuatan sepeda roda empat itu.

Sampai akhirnya aku berjumpa dengan koloniku.
Koloni sepeda lipat. Firsta, Ludfi, Adnang dan Daniel. Kami menempuh berbagai jalan baru yang mengantarkan kami ke Bumi Serpong Damai, kota satelit yang jaraknya memakan sekitar 25km untuk pulang pergi bintaro-bsd.

Kami mampir di sebuah bernama JPG (Jalur Pipa Gas), disitu kami berjumpa koloni sepeda gunung. Para pengendaranya berseragam lengkap dipenuhi lumpur tanah.
Senyuman ramah saling dilontarkan dan kami lanjutkan perjalanan kami.